Saturday, 10 September 2011

Nyanyian Sang Mitra

Sedang saya kemas buku-buku lama/majalah untuk di kitar, terjumpa buku Sajak-Sajak Pahlawan karangan Noor S.M yang merupakan anak jati masjid tanah, tempat saya belajar ketika di Kolej Matrikulasi Melaka dahulu. Saya dapati sajak-sajaknya seronok untuk di baca dan di deklamasikan. Ketika saya belajar di sekolah menengah dulu, saya tidak aktif dalam bidang sukan, namun saya dapati diri saya seronok mendengar orang mendeklamasi sajak, dan kadang-kadang saya deklamasi kan sajak di dalam kelas, dan ketika bulan kemerdekaan. Saya tidak berapa bagus mendeklamasikan sajak, namun, siapa kata kita perlu bagus dalam sesuatu aktiviti untuk kita rasa seronok melakukan aktiviti itu?Nyanyian Sang Mitra adalah satu sajak di dalam buku Sajak-Sajak padang pahlawan yang mahu saya kongsikan di blog ini, untuk pedoman rakan-rakan sekalian.


Nyanyian Sang Mitra


Noor S.M


i.i


Aku bukan sejarawan
yang duduk mencatat peristiwa
dan tanggal kemerdekaan
yang kemudiannya
dengan mudah dilupakan
setelah kemerdekaan itu sendiri
memberi sebuah kedudukan
atau sebuah jawatan
yang lumayan, tapi
aku adalah seorang pengingat setia
setiap kejadian, kepahitan bangsanya
yang terhimpit, terjepit
antara dua pembangunan
yang direncanakan
tanpa kembali
ke akar-umbi peribadi


Aku adalah pengamat waktu
detik pertama kebangkitan bangsanya
yang wujud
dan pernah bermula
ditebing perkasa sungai negerinya
aku adalah pengamat waktu
detik pertama kejatuhan bangsa
yang di hancurkan ferringi
di halaman istana raja negerinya


Aku adalah saksinya sebuah generasi
yang melihat bendera negaranya bekibar
melambai-lambai
bagai tangan bayi
yang merindui ibunya
pada jam tengah malam
aku adalah saksinya sebuah generasi
yang melihat union jack itu digulung
dan diterbangkan kembali
ke negeri asalnya


Aku adalah lelaki sederhana
yang mendengar suara
tangis pertama seorang bayi dilahirkan
pada malam kemerdekaan negaranya
dalam gema pekikan
yang gemuruh


i.ii


dan bayi itu sekarang, anak muda
di antara beribu anak muda
yang lalu-lalang
dan singgah bermain
disebuah padang
ataukah anak muda
di antara beribu anak muda
yang tunggang langgang
dan rebah mengerang
di lorong belakang
ataukah bayi itu sekarang, anak muda
yang sedang meratah buah kemerdekaan
hadiah terbaik
yang dihulurkan kepadanya


ataukah bayi itu sekarang, anak muda
yang sedang menolak perahunya
ke laut, menentang gelombang
ataukah bayi itu sekarang, anak muda
yang memotong lalang menjadi ladang
ataukah bayi itu sekarang, anak muda
yang mengatur bata jadi kota jadi rumah pangsa
ataukah bayi itu sebenarnya
telah lama tiada, pergi
sebelum sempat ia mereguk susu kemerdekaan
yang diperah dua tangan ayah bondanya


i.iii


dan bayi itulah sekarang, anak muda
di antara beribu anak muda
yang selalu ingin kutemui
untuk melihat orangnya
cara berpakaiannya
cara berbahasanya
cara bergeraknya
cara bertindaknya
dan bagaimana
cara berfikirnya
kerana semua itu adalah bayangan isi kemerdekaan
yang dikunyahnya
dan menjadi ia anak muda
pembawa bendera kemerdekaan, berkibar
di tiang waktu masa depannya
ataukah sebaliknya ia sendiri
yang jatuh tertumbuk
dengan parahnya
di dinding waktu
yang di bayangkan
dan kemerdekaan itu perlahan-lahan hilang
dari tanganya
sebab lupa


ii


aku bukan nya dosen
yang mengajarkan segala macam peristiwa masalalu
dan menyebut-nyebut tanggal kemerdekaan
di hadapan para siswanya
atau bukanya siswa itu sendiri
yang menghafal-hafal peristiwa
dan tanggal kemerdekaan
yang kemudianya
lalu saja dilupakan
setelah kemerdekaan itu mengangkatnya
ke atas,ke tempat paling istemewa
dan tinggi, tapi
aku adalah rakyat biasa
yang mengungkap kata sebaris dua
dalam bahasa ibunya
mengingatkan pemimpin pilihan hatinya
tentang adanya kejanggalan-kejanggalan
dan suara-suara sumbang
yang mengadu dombakan sesama sendiri
yang biasa menghancurkan kebaikan-kebaikan
dan rasa cinta sesama kita


iii


aku bukan seorang perancang
yang merancang
sungai itu perlu diputuskan
laut itu perlu ditimbun
bukit itu harus diruntuhkan
hutan itu mesti dimusnahkan
dan kemudian didirikan rumah-rumah
tanpa serambi
tanpa tiang seri,tapi
aku adalah seorang pendengar suara
bunyi pertama mesin itu bekerja
dan kemundiannya menerapkan kembali
ke dalam bahasa hatiku
tanpa lupa
mengingatkan seorang pemimpin pilihan hati
sedang tersandar lelah
di tekan oleh pelbagai masalah


iv


aku bukannya di pegawai negeri
yang menghintung angka-angka
dan kemudian meninggalkannya
di meja kantor kerja
aku bukannya ahli politik
yang memikirkan sejumlah undi
untuk sebuah kerusi
yang kemudiannya lupa janji,lupakan diri, tapi
aku adalah manusia kecil, rakyat kecil
yang berdiri
di hutan nostalgia
sambil menggariskan sebaris dua kata
berlapis makna
dan kemudian membacakannya
di hadapan saudara-saudaranya
di hadapan pemimpin pilhan hatinya
dan bukan sekadar kenangan kosong, tapi
kebenaran-kebenaran masa lampau
yang seharusnya dibangkitkan kembali
menjadi inti pemikiran masakini
dan masadatang


aku adalah manusia kecil, rakyat kecil
yang terus mengembara
mencari padang utopia


11 September 1983
Selamat Menyambut Hari Malaysia
Ke-48, 16 September 2011
Sumber


Sajak-Sajak Padang Pahlawan
Noor S.M
ISBN 967-948-049-6
Associated Educational Distributors


nota:


ada siapa-siapa tahu maksud 'mitra'??

No comments:

Post a Comment